Rumah Malaikat

Rumah Malaikat

Alexandra (Mentari De Marelle), mahasiswa, menjadi guru pengganti di sebuah Panti Asuhan bernama Rumah Malaikat. Alexandra menggantikan Irma, yang tidak tahan lagi mengajar karena selalu diganggu oleh hantu anak kecil. Kedatangan Alexandra mendapatkan sambutan buruk dari anak anak panti. Alexandra kerap ditakut-takuti. Alexandra mengadukan perbuatan anak-anak itu, namun tidak ada yang mengakui. Alexandra tidak mengetahui bahwa yang mengganggu dia adalah hantu sesungguhnya.

Alexandra merasa ada yang tidak beres di panti itu. Ajaran-ajaran yang diajarkan Ibu Maria (Roweina Umbon), ketua panti, terasa janggal. Alexandra berusaha mencari tahu apa sebenernya yang terjadi, namun baik Bi Arum (Dayu Wiyanto), asisten ibu Maria, maupun ibu Maria menganggap Alexandra hanya termakan cerita hantu yang beredar di kalangan anak panti. Yang membantu Alexandra adalah Arjangi yang dijauhi oleh semua anak panti. Ia mengaku berteman dengan hantu-hantu anak yang menghantui panti.

Valentine Comic Eps 07

Setelah aksi luar biasa dalam menggagalkan perampokan di Batavia city, nama Valentine kini semakin dikenal banyak orang yang menimbulkam pro dan kontra!

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rumah Malaikat merupakan film horor Indonesia yang dirilis pada 24 November 2016. Film ini dibintangi oleh Mentari De Marelle, Dayu Wijanto, Roweina Umboh, dan Agung Saga.

Film ini mengisahkan tentang Alexandra atau Alex (Mentari De Marelle), mahasiswi yang menjadi guru pengganti di sebuah panti asuhan Rumah Malaikat. Namun kehadiran Alex di sana mendapat sambutan buruk karena ia kerap ditakut-takuti. Ia mengira semua itu perbuatan anak-anak di sana, tetapi ketika ia mengadukannya, tak ada yang mengakuinya. Lambat laun Alex merasakan keanehan di panti itu, termasuk pada ajaran yang diajarkan Ibu Maria (Roweina Umboh), ketua panti, yang terasa ganjil baginya. Ia pun mulai berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana, tetapi Ibu Maria maupun Bik Arum (Dayu Wijanto), asistennya, menganggap Alex hanya termakan cerita hantu yang beredar di kalangan anak-anak panti. Alex lantas dibantu oleh Arjangi (Darren Rafid Khairan), yang mengaku berteman dengan para hantu yang menghantui panti tersebut.[1]

- Seorang gadis kecil berlari ketakutan melewati lorong ruangan gedung tua sebuah panti asuhan. Sesekali ia menengok ke belakang; sesuatu masih saja mengejarnya. Ia berlari, terseok-seok mencari jalan keluar. Pintu keluar terkunci rapat. Ia menggedor-gedor, dan berteriak minta tolong. Namun, tak seorang pun mendengarnya. Lalu, 'sesuatu' itu akhirnya berhasil menangkapnya. Jari-jari kecil tangannya terlihat merayap semakin rendah di pintu kaca dan kemudian hilang seketika.

Dibuka dengan adegan yang cukup mencekam, 'Rumah Malaikat' seperti mengajak penonton untuk menahan napas dan menunggu kejutan yang akan terjadi selanjutnya. Sutradara Billy Christian yang sebelumnya mengerjakan 'Tuyul : Part 1' (2015) kembali kisah tentang sekumpulan anak-anak yatim yang tinggal di sebuah panti asuhan angker, penuh misteri dan berdarah dingin. Anak-anak itu dengan cemas berharap menunggu kedatangan orang-orang untuk segera mengadopsinya, dan membawanya pergi menuju ke rumah abadi, tempat mereka bisa bahagia selamanya. Sebuah suguhan horor thriller dengan premis menarik dan visual yang artistik.

Diceritakan, Alexandra (Mentari De Marelle) adalah mahasiswi yang sedang melakukan penelitian sekaligus menjadi guru pengganti di Rumah Malaikat, sebuah panti asuhan yang dulu katanya bekas penjara dan rumah sakit jiwa. Alexandra sebagai satu-satunya guru yang berani bertahan dan mampu menghadapi berbagai keanehan yang terjadi di sana. Guru terakhir sebelum dia, Ibu Irma, mengundurkan diri karena tidak kuat menghadapi hantu anak-anak kecil yang sering mengganggu. Tak hanya itu, Alexandra juga harus patuh mentaati peraturan panti yang ketat, dan harus kuat menghadapi kenakalan anak-anak panti yang sering berbuat usil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari luar, Rumah Malaikat berwujud bangunan tua bercat putih gading dengan gaya arsitektur ala Belanda. Panti dikelola oleh Ibu Maria (Roweina Umboh), sang kepala panti yang tegas dan misterius. Dibantu oleh sang asisten Bi Arum (Dayu Wijanto) dan anak kandungnya, Ario yang menjadi tukang kebun (Agung Saga). Tiga tokoh kunci pengurus panti itu berhasil membawa Rumah Malaikat tetap terlihat normal seperti panti asuhan pada umumnya meskipun di dalamnya banyak keanehan yang terjadi. Namun, kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi semakin menemukan titik terang. Hingga akhirnya, kedatangan Alexandra justru menguak dan membuka rahasia lama panti yang selama ini berhasil ditutup-tutupi.

Billy Christian sang sutradara sekaligus penulis skenario berhasil menghadirkan 'Rumah Malaikat' dengan pengalaman sinematografi horor yang memukau. Latar bangunan tua kuno panti asuhan yang memang sudah memancarkan atmosfer mistis, kembali ia maksimalkan dengan sentuhan tim tata artistik. Seperti, hiasan barang-barang antik di setiap ruangan, darah yang mengalir deras dari tangga, penampakan hantu dari

, kain-kain putih hingga bunga mawar. Bahkan setiap gerakan adegan visualnya pun terlihat seperti sangat ia perhitungkan. Gerakan dan kostum setiap karakter-karakternya unik, selaras mewujudkan adegan tarian visual yang indah, pucat dan misterius.

Di bagian alur, ia juga berhasil dari awal menunjukkan "

" melalui adegan-adegan yang sengaja dibuat bermakna. Misalnya, seperti saat tokoh Arjanggi memotong tangkai bunga mawar atau saat Bi Arum mengatakan, "Kalau tidak mengganggu ya jangan diganggu!". Namun, seiring berjalannya waktu, energi yang di awal berusaha dibuat naik kemudian pelan-pelan mulai turun oleh ritme alur yang kendor.

Para karakter dengan baik menyampaikan dialog dan misinya masing-masing. Sayangnya, mungkin karena terlalu asik bermain visual, unsur horor dan tegangnya jadi seperti karikatur yang menguap dan bocor di awal. Alangkah lebih baik jika daya intensitas tegangnya lebih ditingkatkan sehingga tak hanya visual saja yang menawan, tapi unsur '

Para hantunya juga terlihat lebih seperti pameran seni dibanding berusaha untuk menakuti.

Melalui karakter unik anak-anak pantinya, Billy berhasil menyampaikan pesan 'keragaman' tentang keindahan perbedaan fisik. Misalnya, mereka yang mempunyai fisik yang berbeda atau terbelakang sebenarnya tetap istimewa. Atau, mereka yang berbeda warna kulit tetaplah cantik.

Akting para pemeran juga menjadi poin plus dalam film ini. Mentari De Marrelle dengan baik mengembangkan aktingnya mengikuti para aktor senior seperti Roweina Imboh dan Dayu Wijanto. Roweina dengan sangat baik berhasil membawa tokoh kepala panti yang tegas dan displin namun tetap misterius. Dayu juga tak kalah berhasil mengimbangi dengan peran sebagai asisten misterius. Agung Saga juga mencuri perhatian dengan aktingnya sebagai anak yang 'berbeda'.

Rasanya, 'Rumah Malaikat' tak kalah menarik jika dibandingkan dengan ide-ide film Billy Christian sebelumnya seperti 'Kota Musik' di omnibus 'Hi5teria' (2012), 'Tuyul' (2015) dan 'Kampung Zombie' (2015), meskipun sebenarnya filmnya kali ini masih sangat potensial untuk lebih dikembangkan lagi. Namun, dengan cerita yang menarik, kualitas visual yang artistik, dan pengalaman horor yang berkesan tentu Anda tidak mau melewatkan 'Rumah Malaikat' begitu saja.

MENGENAL MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH

oleh Admin | May 29, 2023 | Inspirasi

Malaikat yang dciptakan Allah Swt. dari cahaya ini hidup di suatu tempat yang berbeda dengan manusia, hewan, atau tumbuhan. Sejatinya, hanya Allah Swt. saja yang mengetahui di mana keberadaan malaikat. Berbeda dengan manusia dan jin yang memiliki hawa nafsu, malaikat telah disucikan Allah Swt. sehingga mereka terlepas dari perbuatan-perbuatan dosa. Maka, yang tersisa dari dalam diri malaikat hanyalah ketaatan serta kepatuhan terhadap segala perintah Allah Swt. Malaikat pun tidak pernah durhaka kepada-Nya.

Selain sifat taat dan patuhnya kepada Allah Swt., malaikat juga tidak berjenis kelamin. Maksudnya, malaikat bukanlah laki-laki atau perempuan. Tugas lain dari malaikat adalah bertasbih dan menyucikan nama Allah Swt. seumur hidupnya. Malaikat pun bisa berubah wujud sesuai dengan izin Allah Swt, dan gemar memohonkan ampunan kepada Allah Swt. bagi orang-orang yang istikomah dalam beriman serta bertakwa kepada Allah Swt.

Baca Juga: Bolehkah Menyalurkan Zakat ke Daerah Lain?

Tentunya sebagai muslim yang beriman, kita harus mempercayai malaikat-malaikat-Nya. Bahkan, iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua. Oleh karena itu, kita harus yakin dan percaya sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. Maka malaikat, akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Q.S. Al-Fushilat: 30)

Sejak kecil kita sudah dikenalkan nama-nama malaikat. Yang harus kita ketahui, sebenarnya, malaikat itu banyak sekali jumlahnya. Hanya Allah Swt.-lah yang mengetahui secara pasti jumlah malaikat yang bertugas sesuai dengan kehendak-Nya. Hal itu sejalan dengan firman-Nya dalam surah Al-Muddatstsir ayat 31 berikut:

“Dan tidak mengetahui tentara Tuhanmu (malaikat) melainkan Dia sendiri (Allah).”

Yang pasti, ada 10 malaikat yang perlu kita ketahui nama dan tugas-tugasnya. 10 malaikat ini wajib kita ketahui dan tentunya wajib pula kita Imani.

Memiliki tugas utama untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah Swt.

Tugas utamanya yakni membagikan rezeki kepada seluruh makhluk cipataan Allah Swt.

Tugasnya meniup terompet sangkakala saat kiamat nanti.

Tugasnya mencabut nyawa setiap makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.

Bertugas untuk memberi pertanyaan di alam kubur atas perbuatan manusia yang dilakukan selama hidup di dunia.

Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Akad Nikah

Memiliki tugas yang sama dengan malaikat munkar

Bertugas untuk mengawasi dan mencatat amal baik yang dilakukan oleh manusia ketika hidup di dunia.

Bertugas untuk mengawasi dan mencatat amal buruk yang dilakukan oleh manusia ketika hidup di dunia.

Tugasnya menjaga surga.

Tugasnya menjaga neraka.

Perasaan kamu tentang artikel ini ?

Saya sering menyebut bahwa hal terpenting dari horor adalah filmnya menyeramkan, tapi bukan berarti naskah sama sekali tak dibutuhkan. Berbeda dengan drama, poin utama naskah dalam horor tidak perlu sampai menggali cerita dan karakter melainkan cukup sebagai motor penggerak alur, sehingga penonton memiliki sesuatu untuk diikuti sembari menunggu kehadiran teror. Karena selain horor eksploitasi dan slasher (they only need extreme exploitation and creative kills) ketiadaan motor tersebut berpotensi menghasilkan repetisi, apalagi jika mengandalkan sosok hantu selaku sumber teror. Kekurangan serupa sayangnya menimpa "Rumah Malaikat".

Film terbaru sutradara sekaligus penulis naskah Billy Christian ("Tuyul", "Kampung Zombie") ini merupakan film horor paling saya tunggu tahun ini. Poster, trailer, dan usungan premisnya telah menjelaskan alasannya. Judul film merujuk pada nama panti asuhan dengan Ibu Maria (Roweina Umboh) sebagai kepala pengurus. Di sanalah Alex (Mentari De Marelle) tengah melakukan penelitian bagi skripsinya. Demi memperoleh waktu lebih bersama anak-anak panti (subjek skripsi), Alex menawarkan diri bekerja menggantikan seorang pegawai yang tidak tahan menghadapi keanehan panti tersebut. Tidak butuh waktu lama sampai Alex menemui kejanggalan serupa.

Anak-anak di "Rumah Malaikat" banyak yang berpenampilan aneh (memakai kain penutup mata sampai paper bag sebagai topeng) begitu pula perilakunya. Mulai dari cara bicara misterius, mendadak muntah, atau bercerita mengenai masa lalu panti asuhan lewat cara mengerikan. Tentu hiperbolis, namun demikian kebutuhan film bertema creepy children. Berbekal mannerism tersebut serta rumah tua berisi sekumpulan lukisan bernuansa "zaman Belanda", semestinya film ini dapat membangkitkan bulu kuduk melalui pembangunan atmosfer, sayangnya Billy Christian terjebak dalam pengemasan jump scare klise.

"Rumah Malaikat" tersusun atas sekumpulan sequence, di mana setiap sequence hanya berfungsi menjadi set-up bagi deretan jump scare beriringkan musik berisik milik Rizal Peterson. Pola yang paling sering diulang adalah Alex melihat penampakan hantu, terdiam, Bi Arum (Dayu Wijanto) datang mencuri perhatiannya, lalu begitu berbalik lagi, hantu telah menghilang. Situasi ini terus berulang, semakin melelahkan, menyebalkan dan repetitif seiring bergulirnya durasi. Sangat disayangkan, sebab di beberapa adegan, Billy Christian  dibantu sinematografi Joel F. Zola plus tata artistik Ferry Macan yang senantiasa membuat "Rumah Malaikat" enak dipandang  kentara punya insting merangkai creepy imagery, sebut saja ayunan kaki anak-anak di bawah meja makan atau sosok di bathtub.

Akibat cara pengemasan di atas dan penyuntingan Andhy Pulung yang membuat lompatan antar momen tersaji terlampau cepat, sulit bisa terserap oleh adegannya. Billy Christian pun bagai kekurangan ide dalam pengembangan cerita, menjadikan jalannya alur terasa kosong, sekedar berisikan jump scare. Padahal melihat third act-nya, terdapat begitu banyak sisi mampu digali, sebutlah motivasi Alex, karakter Ibu Maria dan Ario (Agung Saga), putera Bi Arum yang difabel, dan tentunya mengenai Rumah Malaikat sendiri yang menyimpan disturbing backstory. Bahkan anak-anak penghuni panti berbekal ciri unik masing-masing juga layak mendapat sorotan lebih.

Terdapat cukup bekal untuk menyajikan investigasi sederhana, menebar benih misteri beserta petunjuknya perlahan demi menghindarkan kehampaan cerita daripada menumpahkan semua di third act. Bayangkan, "Rumah Malaikat" berusaha (tiba-tiba) memaparkan, lalu menjelaskan setumpuk plot point dalam waktu sekitar 20 menit. Alhasil ketimbang menjelaskan apalagi menguatkan, konklusinya justru membingungkan, meninggalkan lubang. Penutupnya semakin mengecewakan akibat klimaks berupa perkelahian yang clumsy. Saya tetap merekomendasikan anda menonton "Rumah Malaikat" karena penggarapan well-made dan potensi besar yang tersimpan, hanya jangan berharap filmnya berhasil menakut-nakuti.